Wednesday 23 February 2011

Berantem Soal Absen, 10 Praja IPDN Dipecat

VIVAnews - Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) paling sering menjadi sorotan dalam lima tahun terakhir, utamanya menyangkut kekerasan.
Masalah ini diakui oleh Rektor IPDN Jatinangor, I Nyoman Sumaryadi, usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara IPDN dengan Universitas Hasanuddin, Rabu, 23 Februari 2011.
"Yang terbaru adalah perkelahian antar praja hanya karena persoalan saling berebut absen. Ini adalah persoalan sangat sepele yang diselesaikan secara 'jantan' yang berdampak pada pemecatan 10 praja IPDN kemarin (Selasa),” kata I Nyoman.
Terkait kasus kekerasan, I Nyoman membenarkan masalah ini sering terjadi di IPDN. Namun ia membantah jika kampus IPDN membiarkan proses kekerasan terjadi. I Nyoman menegaskan, kekerasan itu dilakukan oleh oknum-oknum praja yang tidak ada kaitannya dengan proses pendidikan.
IPDN tidak mengenal orientasi pengenalan kampus (Ospek), dimana proses itu berpotensi menimbulkan kekerasan. IPDN hanya mengenal penggemblengan yang dilakukan Pusat Pendidikan Infrantri (Pusdif) yang berkaitan pada kedisiplinan dan baris-berbaris. "Jadi, kekerasan betul-betul di luar konteks pendidikan IPDN," tegasnya lagi.
Ia juga menjelaskan, kekerasan yang pernah menghebohkan Kampus Jatinangor beberapa tahun silam merupakan aksi rekayasa yang dilakukan oleh praja pada saat mereka lulus. Kekerasan itu adalah bias yang dilakukan oleh oknum praja yang sifatnya sangat personal.
Dijelaskan I Nyoman, kekerasan yang sering muncul umumnya disebabkan  tidak adanya pemahaman mendalam terhadap budaya sesama praja. Apalagi para praja itu berasal dari 33 provinsi di Indonesia sehingga kadang menimbulkan friksi diantara mereka. Belum lagi para praja masih berjiwa muda dengan usia rata-rata 17 tahun ketika masuk di IPDN.
"Mungkin ini sulit karena praja disatukan dalam satu asrama, sehingga diperlukan adanya enkulturasi selama satu semester untuk memberi pemahaman akan keberanekaragaman budaya praja," ujar Nyoman Sumaryadi.
Menurut I Nyoman, sampai saat ini, IPDN telah memecat 50 praja karena melanggar tata tertib kampus atau peraturan kehidupan praja. Pemecatan dilakukan sebagai tindakan tegas sekaligus pembuktian komitmen terhadap pentingnya kedisiplinan bagi calon abdi negara itu.
Pemecatan teranyar adalah terhadap 10 praja pada Selasa kemarin, setelah terlibat perkelahian di barak Nusantara. Dari 10 praja tersebut terdiri dari 7 praja dari Sulawesi Selatan, kemudian masing-masing 1 praja dari Sulawesi Barat, Sumatera Selatan dan Jambi.

Tuesday 22 February 2011

INIKAH TANDA KIAMAT AKAN SEGERA DATANG???

Kisah Lesbian Inggris Menikah Secara Islam

TEMPO Interaktif,  Sarah dan Asra bertemu pada Ramadan tiga tahun lalu. Mereka berkenalan di sebuah acara buka puasa. "Kami berbincang, lalu sepakat untuk berkencan," kata Asra seperti dikutip dari BBC, Minggu (20/2).
Saat kencan, Asra dan Sarah berbicara dari hati ke hati, bertukar pengetahuan tentang Islam. "Empat jam kami kencan, mulai dari makan malam, minum kopi, berjalan kaki," ujar Sarah. Satu jam setelah kencan, Sarah langsung mengajak Asra menikah. "Terdengar aneh, tapi kami ingin melakukannya secara terhormat."
Asra menerima ajakan menikah Sarah. Mereka setuju untuk melakukan pernikahan secara Islam. Masalah muncul, tradisi nikah secara Islam biasanya dilakukan oleh pasangan pria dan perempuan.
"Beberapa teman mengatakan, kamu tidak perlu Imam resmi, tapi kamu perlu mendatangkan seseorang yang mengetahui Islam dan mengerti Quran," kata Sarah. "Akhirnya ada teman kami yang mau menjadi Imam nikah, dia lesbian juga dan dia katakan upacara pernikahan ini bisa dilakukan di rumahnya."
Tiga bulan setelah Sarah melamar, hari yang ditunggu itu datang. Asra mengenakan baju tradisional Pakistan -shalwar kameez- dan Sarah mengenakan gaun merah muda. "Sebenarnya aku ingin mengenakan gaun kulit tapi Asra tidak setuju," ujar Sarah.
Sarah dan Asra juga menyiapkan sepasang cincin yang dibeli di Camden market. Mereka juga menyiapkan perjanjian menikah. "Kami melihat contoh perjanjian menikah pasangan berbeda jenis di internet," kata Sarah.
Dalam perjanjian menikah itu, Sarah mencantumkan seekor anjing. Bila mereka berpisah, anjing itu tetap milik Sarah. "Aku takut anjing itu diambil Asra," ujar Sarah.
Selain cincin, perjanjian menikah, mereka juga menyiapkan mahar senilai 5 poundsterling atau sekitar Rp 71 ribu. Mahar itu hanya simbol, tapi sampai saat ini mereka masih menyimpan mahar itu.
Upacara pernikahan Sarah dan Asra dihadiri enam teman mereka, selain menjadi tamu, enam orang itu menjadi saksi. Pernikahan mereka juga disaksikan seekor kucing. Seremoni ini berjalan dalam bahasa Arab, tahap-tahapan mereka menikah pun layaknya pasangan berbeda jenis.
Asra dan Sarah menikah secara Islam, namun perjalanan mereka tak mudah. Selain pernikahan sesama jenis ini tidak diperbolehkan secara akidah Islam, orang tua Asra juga menentang.
"Sangat sulit buatku untuk memberitahu kepada keluarga bahwa aku lesbian, mereka tahu aku religius, tapi untuk mengakui aku lesbian sangat sulit," katanya.
Hal berbeda dialami Sarah, sebab dia tumbuh bukan sebagai Muslim. Dia baru menjadi muslim lima tahun lalu. Keluarga Sarah juga menerima bahwa dia seorang lesbian. Namun sepertinya, kata Sarah, mereka ingin aku tidak menjadi Muslim.
Sarah dan Asra tahu mereka melawan dunia, pernikahan mereka juga ditentang mayoritas akademisi Muslim, tapi Sarah merasa itu bukan urusan orang lain. "Ini hubungan antara aku dan Tuhan, mungkin pernikahan ini bukan yang ideal, tapi kami mencoba yang terbaik."
Jumlah umat muslim di Inggris terus bertambah tiap tahun. Sebuah studi  memperkirakan satu dari sepuluh warga Inggris beragama Islam pada  2030. Gelombang Islam ini juga menyentuh kaum gay di Inggris. Muslim gay ini bukan hanya berjuang untuk persamaan hak sebagai individu tapi juga persamaan dalam hal menikah.
Beberapa kelompok yang membela kaum gay Muslim di Inggris mulai muncul. Kelompok itu di antaranya, Imaan dan Safra Project. Seorang tokoh yang mengadvokasi pernikahan gay Muslim adalan Imam asal Amerika, Daayiee Abdullah, yang juga seorang gay.
Daayiee Abdullah telah menikahkan beberapa gay di Amerika. Dia juga memberi nasihat kepada gay Muslim di Inggris bagaimana cara melakukan pernikahan secara Islam.   "Karena hukum Islam tidak memungkinkan sesama jenis untuk menikah, banyak yang bilang mustahil sesama jenis bisa menikah," kata Daayiee Abdullah.
Tapi, lanjut Daayiee, bila tidak mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menikah maka ada pertentangan dengan pesan dalam Quran yang mengatakan setiap orang memiliki pasangan yang membawa kenyamanan.
http://id.news.yahoo.com/tmpo/20110221/twl-kisah-lesbian-inggris-menikah-secara-e1a1e04.html